Selagi kita gencar mengampanyekan rumah tangga zona bahaya HIV/AIDS, justru muncul data baru yang mengejutkan: pasien baru didominasi oleh remaja dan kaum muda usia 20-39 tahun. Data terkini, dari temuan 21.511 kasus HIV dan 5.686 AIDS, sebagian besar pasien baru ini adalah remaja dan kaum muda, terutama di Bali, angkanya mencapai 70 persen. Temuan ini menguatkan, sejak kali pertama muncul kasus pada 1987, AIDS berkembang liar, seolah-olah tidak terkendali.
Tahun lalu kita juga dikejutkan fakta: ibu rumah tangga menempati peringkat kedua penyebaran HIV/AIDS di Jawa Tengah. Tren secara nasional pun hampir sama, sehingga pemerintah dan para pegiat AIDS mengampanyekan rumah tangga merupakan zona bahaya AIDS. Fakta itu menunjukkan ibu rumah tangga termasuk kelompok yang rentan tertular virus HIV/AIDS dari suaminya yang menggunakan narkoba suntik, dan/ atau melakukan hubungan seks berisiko tanpa pengaman.
Kini hampir separuh kabupaten/ kota terserang virus mematikan itu. Data Kementerian Kesehatan, rate kumulatif kasus AIDS nasional hingga September 2012 adalah 11 per 100 ribu penduduk. Faktor tertinggi masih heteroseksual (70 persen), namun belakangan jarum suntik narkoba menjadi penular yang mengkhawatirkan, terutama di kalangan remaja dan kaum muda. Ibarat gunung es, kasus AIDS remaja yang terungkap hanya pucuknya. Data yang sesungguhnya bisa lebih mengerikan.
Kita patut cemas, kaum muda sejatinya menempati garis terdepan dalam kampanye pentingnya setia pada pasangan hidup, menghindari jarum suntik narkoba, dan taat nilai. Namun kini kita menemukan fakta mencemaskan, ujung tombak itu menjadi pilar yang rapuh. Peningkatan luar biasa jumlah penderita HIV/ AIDS di kalangan remaja berkorelasi positif dengan rendahnya pemahaman tentang virus dan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh itu, hanya 11,4 persen.
Pemerintah dan pegiat AIDS terus berupaya menekan angka kasus dan kematian akibat HIV/ AIDS. Program ini butuh dukungan masyarakat luas dengan perilaku hidup sehat, pendidikan agama, kesehatan reproduksi, dan pengetahuan tentang narkotika. Untuk remaja, pendidikan agama dan moral dianggap klise dan cenderung diabaikan orang tua dan masyarakat, namun sesungguhnya ini kunci utama. Kunci lainnya, pendidikan dan pemberdayaan remaja untuk "Say no to drugs dan free sex".
Kaum muda merupakan generasi emas impian masa depan bangsa. Kita mendorong para orang tua mendidik anak-anak dengan membangun benteng moral serta memperkuat integritas pribadi, tidak mudah tergoda dan terjerumus dalam pergaulan menyesatkan. Ketulusan cinta kasih orang tua merupakan energi hebat untuk mengajak anak-anak berjalan di trek yang benar. Jangan sampai terlambat: remaja kita terjerumus ke zona bahaya yang kita tidak mampu menolongnya. (/)
Sumber : suaramerdeka.com
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking